Musuh Alami
A. Pengertian
Musuh alami merupakan salah satu upaya dalam memberantas hama yang menyerang suatu tanaman. Cara ini adalah cara efektif dalam pemberantasan hama karena tidak berdampak negative terhadap tanaman yang diserang oleh hama. Karena musuh alami memiliki memanfaatkan hewan yang merupakan musuh dari hama itu sendiri, atau biasa disebut sebagai cara biologi dan sudah sejak lama dilakukan oleh manusia..
musuh-musuh alami (predator dan parasitor) secara langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam menekan perkembangan hama tanaman. Predator sebagai serangga liar yang berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan musnah sama sekali. Kita sudah maklum bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanama varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Semua orang mengira dan memang tidak kita sangsikan bahwa pestisida merupakan satusatunya “alat” yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan hama, terutama jika populasi serangga hama telah melampaui atau mencapai tingkat “ambang kerusakan ekonomi”, yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berspektrum luas secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung terhadap pemakai, bahaya residu terhadap
manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang lebih serius adalah matinya serangga
berguna seperti predator dan parasitoid dan serangga penyerbuk, dan selanjutnya dapat
menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama setelah penggunaan pestisida
(resurgensi) dan terjadinya ledakan hama sekunder.
Masalah terakhir inilah yang menyebabkan banyak orang menjadi risau terutama para
ahli ekologi dan pecinta alam karena punahnya serangga yang berguna dapat menyulitkan
pengendalian hama itu sendiri atau menimbulkan masalah baru lainnya yang sulit diatasi.
B. Pengendalian hayati dengan musuh alami dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
(1) Secara alami dengan melindungi, melestarikan atau memberi kesempatan kepada musuh alami untuk berkembang biak lebih banyak, juga diusahakan untuk memelihara dan
melakukan pelepasan musuh-musuh alami,
(2) Secara klasik dengan mengimpor musuh-musuh alami dari daerah asal hama, kemudian mengembangkannya secara massal dan melepaskan ke lapangan untuk menekan populasi serangga hama sasaran.
C. Contoh Aktivitas Serangga Pemangsa Hama Tanaman Yang Disebut Musuh-Musuh Alami (Predator Dan Parasitor).
1. Salah satu contohnya yaitu pada hama yang menyerang tanaman tebu. Pada tebu biasanya terdapat lubang. Lubang tersebut dilubangi oleh sejumlah hama penggerek tebu (Chilo sachariphagus). Hama penggerek ini bertelur pada lubang batang tebu dan larva yang menetas berwujud ulat. Ulat ini menghisap cairan gula sampai tanaman tebu menurun kadar gulanya sehingga berakibat pada turunnya produksi gula.
2. Sementara itu ada sejenis lalat Diatracophaga striatalis (Lalat Jatiroto). Begitu ada batang tebu berdiri di kebun maka betinanya biasanya langsung mencari lubang yang sebelumnya sudah digerek oleh ulat Chilo. Lalat Jatiroto bertelur di dalam lubang tersebut. Jumlahnya dapat mencapai antara 10 500 butir setiap ekor betina dan dalam tempo 5 hari berubah menjadi ulat putih. Ulat itu dalam beberapa menit saja sudah agresif mencari mangsa. Dengan gerak cepat ulat putih menyerang penggerek Chilo yang berada dalam lubang tebu danmenghisap darahnya sampai mati kering. Ulat putih selanjutnya berkepompong dalam lubang tersebut, kemudian menjelma menjadi lalat dewasa seperti nenek moyangnya dahulu. Dengan matinya penggerek Chilo, batang tebu sehat kembali dan sari tebunya dapat diselamatkan.
3. Di suatu areal persawahan, wereng coklat (Nilaparvata lugens) dengan ganasnya menghisap cairan sel jaringan padi bagian batang dan menaruh cairan ludah yang beracun sehingga tanaman padi menguning lalu mati. Selain itu, wereng coklat ini menularkan virus penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa sehingga produksi padi turun bahkan gagal panen. Sementara itu ada serangga Coccinella sp., sejenis kumbang berwarna coklat kemerahan berbintik hitam yang aktif berpindah-pindah tempat mencari mangsa. Jika bertemu wereng coklat, kumbang itu dengan gerak cepat menangkapnya dengan menggunakan kaki bagian depan dari arah belakang dan langsung memakannya.
D. Penggunaan bahan kimia yang dapat membahayakan musuh alami
1. Sebagai contoh, penggunaan insektisida organofosfat yang persisten untuk mengendalikan kutu daun pada tanaman alfalfa (Therioaphis trifolli) ternyata juga membunuh kumbang predator (Hipodemia sp). Akibatnya populasi kutu daun meningkat dengan cepat. Sebagai akibat musnahnya musuh-musuh alami oleh pestisida, beberapa serangga yang tadinya tidak membahayakan dapat berubah statusnya menjadi hama utama yang membahayakan. Inilah yang disebut ledakan hama sekunder.
2. Contoh lain adalah kutu tempurung berlilin (Gascardia destructor) merupakan hama sekunder pada tanaman jeruk di Afrika Selatan. Setelah penggunaan insektisida organofosfat yang persisten, musuh-musuh alami musnah. Akibatnya, populasi hama utama (kutu tempurung merah) dan hama sekunder (kutu tempurung berlilin) meningkat cepat.
E. Macam-macam musuh alami
Musuh-musuh alami banyak sekali jenisnya di alam, seperti kumbang tanah, capung,
undur-undur, kelabang, belalang sembah, tungau, kepik, laba-laba, kalajengking, burung
dan lain-lain. Beberapa musuh alami dari hama-hama tanaman pada berbagai jenis
tanaman antara:
(1) Belalang bertanduk panjang, kumbang coccinella, kumbang mirid, kumbang
carabit, labah-labah bermata jalang, labah-labah berahang empat, laba-laba
harimau, dan capung merupakan predator hama wereng coklat, wereng hijau, dan
wereng punggung putih pada tanaman padi. Kumbang coccinella juga pemangsa
hama putih dan penggerek batang padi.
(2) Semut hitam menyerang hama Helopeltis pada buah kakao.
(3) Parasit Thripoctenus membunuh hama putih (Thrips tabaci) pada tanaman
bawang merah.
(4) Tawar kemit (Apanteles artonase) merupakan pemangsa hama ulat Artona yang
merusak tanaman kelapa, sagu, enau, pinang, salak, kelapa sawit, tebu.
(5) Kepik merah (Diadyanus) merupakan pemangsa hama bubuk kopi
(Hypothenemus) yang menyerang buah kopi di pertanaman.
(6) Larva Chrysopa dan kumbang Coccinella memangsa kutu dan persik pada
tanaman kentang.
(7) Kumbang Coccinella juga memangsa kutu daun, kutu perisai, dan tungau pada
tanaman singkong dan waloh siam.
(8) Parasit Trichogama menyerang ulat buah (Heliothis) dan pengisap daun (Aphis)
pada tanaman kapas.
(9) Kepik (Rhinocoris) memangsa ulat Prodenia, Heliothis, dan kutu daun pada
tanaman tembakau, serta masih banyak lagi musuh-musuh alami dari berbagai
jenis hama tanaman yang tidak mungkin disebut satu persatu.
F. Beberapa contoh pengendalian hayati yang telah dikembangkan antara lain
1. pengendalian hama Armona caffeazia yang banyak merusak daun teh di Sailan dengan parasit Macrocentrus yang sengaja didatangkan dari Pulau Jawa pada tahun 1935 berhasil memuaskan,
2. juga pengendalian hama kutu tempurung (Icerya purchasi) pada tanaman jeruk di Amerika Serikat dengan menggunakan sejenis kumbang Vedelia.
3. Di Indonesia, pengendalian hayati yang telah dilaksanakan antara lain pengendalian hama kumbang daun kelapa (Brontispa longisima) di Sulawesi Selatan dengan parasitoid Tetrasistichus pada tahun 1930an mencapai sukses besar.
4. Demikian pula pengendalian hama Plutula xylostella yang banyak merusak tanaman kubis dengan parasitoid Diadegma eucerophaga,
5. dan di Jawa Barat juga pernah digalakkan pengendalian hama kutu loncat (Heterophylla sp) pada tanaman lamtorogung dengan sejenis predator Eurinus coerucus, serta usaha-usaha pengendalian hayati lainnya yang kini terus diteliti dan dikembangkan.
G. Keuntungan dari penggunaan musuh alami
Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan
berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman,
relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan
secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar